Minggu, 19 Maret 2017

Makalah Agribisnis Kedelai




Analisis Finansial Usaha Budidaya Kedelai
 dengan kriteria Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio(NET B/C), Gross Benefit Cost Ratio (GROSS B/C) dan Internal Return Of Ratio(IRR)


Dosen Pengampu:
Ir. Emmy Hamidah, MP.


Disusun oleh:
Ika Laili Zulailik
(13200403)


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM
LAMONGAN
2015



KATA PENGANTAR

          Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya-Nya yang tiada terhingga, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Finansial Usaha Budidaya Kedelai dengan kriteria Net Present Value(NPV), Net Benefit Cost Ratio(NET B/C), Gross Benefit Cost Ratio(GROSS B/C) dan Internal Return Of Ratio(IRR) ” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
          Kami sebagai penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi para mahasiswa Fakultas Pertanian dalam mata kuliah Usaha Mandiri Agribisnis yang di bimbing oleh Ir. Emmy Hamidah, MP.
          Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu demi kesempuranaan, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik.



Lamongan, 8 mei 2015


Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................iv
BAB  I  PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................. 3
1.3.Tujuan Penulis....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
            2.1. Landasan Teori......................................................................................................4
                        2.1.1. Tanaman Kedelai................................................................................... 5
                        2.1.2. Usaha Tani..............................................................................................5
BAB III METODE PENELITIAN
            3.1. Metode Penentuan Daerah.................................................................................... 9
            3.2. Waktu Penelitian....................................................................................................9
            3.3.  Metode Analisis Data.........................................................................................  9
BAB IV HASIL PEMBAHASAN
            4.1. Operasional Variable...........................................................................................12        
            4.1.1. Biaya Investasi................................................................................................. 12
                        4.1.2. Biaya Operasional.................................................................................12
4.1.3. Produksi dan nilai penjualan usaha budidaya kedelai...........................13
                        4.1.4.Biaya produksi usaha budidaya kedelai setiap musim panen. ..............14
4.1.4. Biaya Produksi......................................................................................15
4.2. Pendapatan usaha budidaya kedelai....................................................................15
            4.3.  Analisis kelayakan usaha budidaya kedelai.......................................................16
            4.4. Uji Fisiabilitas Usaha Budidaya..........................................................................16
            4.5. Analisis Sensitivitas Usaha Budidayakedelai.....................................................19
                        4.5.1. Peningkatan Biaya Produksi Sebesar 10%
Sedangkan Pendapatan Tetap..............................................................19
                        4.5.2. Pendapatan Turun Sebesar 10%
Sedangkan Biaya Produksi Tetap.......................................................21
BAB V PENUTUP
            5.1. kesimpulan...........................................................................................................22
            5.2. saran.....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................23


DAFTAR TABEL
Tabel                                                                                                                           Halaman
1.      Rincian Biaya Investasi Pada Usaha Budidaya kedelai..............................................12
2.      Biaya operasional usaha budidaya kedelai.................................................................13
3.      Produksi dan nilai penjualan usaha budidaya kedelai. ...............................................14
4.      Biaya produksi usaha budidaya kedelai setiap musim panen......................................14
5.      Pendapatan Usaha budidaya kedelai Per Hektar/tahun...............................................15
6.      Analisis Finansial Usaha Budidaya kedelai  selama 1 Tahun Produksi......................15
7.      Uji Fisiabilitas Usaha Budidaya kedelai Untuk Tingkat Bunga 25% selama 1 Tahun Produksi.......................................................................................................................17
8.      Uji Fisiabilitas Usaha Budidaya kedelai Untuk Tingkat Bunga 35% selama 1 Tahun Produksi.......................................................................................................................18
9.      Peningkatan Biaya Produksi Sebesar 10%, Sedangkan Pendapatan Tetap.................20
10.  Penurunan Pendapatan Sebesar 10%, Sedangkan Biaya Produksi Tetap....................21


BAB I
PENDAHULUAN
  1.1. Latar Belakang
Agribisnis merupakan Sistem usaha pertanian dalam arti luas tidak dilaksanakan secara sektoral tetapi secara intersektoral atau dilaksanakan tidak hanya secara subsistem melainkandalam satu sistem (Saragih, 2001) Dan agribisnis adalah suatu usaha tani yang berorientasi komersial atau usaha bisnis pertanian dengan orientasi keuntungan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh agar dapat meningkatkan pendapatan usahatani adalah dengan penerapan konsep pengembangan sistem agribisnis terpadu, yaitu apabila sistem agribisnis yang terdiri dari subsistem sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan dan pemasaran dikembangkan melalui manajemen agribisnis yang baik dan dalam satu sistem yang utuh dan terkait.( Said et al., 2001)
Salah satu ciri pertanian modern yaitu usahatani yang dilakukan berorientasi kepada keuntungan. Usahatani yang dilakukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga tetapi untuk dapat meningkatkan pendapatan petani, untuk itulah harus diupayakan peningkatan kemampuan dan keterampilan petani dalam melaksanakan usahataninya. Disamping itu pula usahatani yang dijalankan harus pula memperhatikan kebutuhan pemenuhan gizi.
Peranan komoditi palawija dirasakan sangat penting dalam upaya untuk memenuhi gizi masyarakat, karena merupakan sumber protein dan kalori yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam kehidupan sehari-hari (Departemen Pertanian, 1983). Salah satu komoditi palawija yang memiliki peranan yang penting di Indonesia adalah Kedelai. Nilai nutrisi kedelai sangat baik untuk kesehatan manusia, terutama kandungan protein nabati yang dikandung kedelai cukup tinggi.
Tanaman kedelai memiliki potensi dan prospek yang baik untuk diusahakan, karena tanaman ini relatif mudah dibudidayakan. Selain itu permintaan terhadap produksi kedelai terus meningkat baik untuk kebutuhan pangan maupun untuk industri.
Produksi kedelai di Indonesia masih relatif rendah dan masih belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang cenderung terus meningkat. Masih rendahnya produksi kedelai ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, seperti teknologi bercocok tanam yang masih kurang baik, kesiapan dan ketrampilan petani kedelai yang masih kurang, penyediaan sarana produksi yang masih belum tepat serta kurangnya permodalan petani kedelai untuk melaksanakan proses produksi sampai ke pemasaran hasil.
Rendahnya produksi kedelai ini berimplikasi pula terhadap pendapatan usahatani kedelai itu sendiri. Upaya-upaya selama ini yang dapat ditempuh untuk mendorong peningkatan produksi kedelai dan sekaligus meningkatkan pendapatan usahatani kedelai adalah dengan program pengembangan agribisnis kedelai dengan mengintensifkan dalam proses produksi, penanganan pasca panen dan pemasaran hasil. Upaya ini dapat dilakukan melalui pengelolaan usahatani kedelai secara komersial
Untuk itulah sangat menarik untuk dilakukan studi tentang analisis ekonomi usahatani kedelai. Studi ini diarahkan untuk menganalisis sejauh mana usahatani kedelai dapat memberikan keuntungan dan tingkat kelayakan kelayakan berinvestasi pada usahatani kedelai.
Sebagai bagian dari revitalisasi pem-bangunan pertanian, pemerintah Republik Indo-nesia telah bertekad untuk meningkatkan produktivitas pangan nasional, khususnya kedelai melalui program swasembada pangan nasional padi, jagung, kedelai (PAJALE). Program ini harus didukung oleh semua pihak yang terkait, dalam proses produksinya. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa tingkat produksi nasional lebih ditentukan oleh areal tanam dari pada ting-kat produktivitas. Namun demikian, peluang peningkatan produksi melalui perbaikan teknologi masih terbuka lebar. Dilain pihak secara umum minat petani untuk mengembangkan kedelai masih rendah jika dibandingkan komoditas pangan lain seperti padi, jagung, dan ubi kayu, karena pendapatan yang diperoleh dari usahatani kedelai masih tergolong rendah sebagai akibat dari faktor harga jual yang tidak menentu.
Permasalahan naiknya harga kedelai dunia, menyebabkan efek domino bagi dunia kedelai di Indonesia. Padahal kedelai di Indonesia hampir 70% masih impor. Sampai tahun 2010 impor kedelai Indonesia mencapai 30 ribu ton dan sebagian besar untuk pemenuhan kebutuhan pe-rusahaan tahu dan tempe. Sedangkan produktivitas pertanaman kedelai di tingkat petani masih rendah ( 1.3 t/ha ) dengan kisaran 0.6 – 2.0 t/ha, padahal teknologi produksi yang tersedia mampu menghasilkan 1.7 – 3.2 t/ha (BPTP NTB, 2010).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas perlu dilakukan terobosan dalam memproduksi kedelai yang mampu memberikan produktivitas tinggi dengan proses produksi yang efisien dan berkelanjutan. Namun disadari bahwa peningkatan produksi saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan perbaikan harga jual kedelai di tingkat petani. Hal ini sangat penting karena walaupun produksi tinggi namun harga pasar tidak menguntungkan, maka jangan salahkan petani jika semakin enggan menanam kedelai. Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai proyeksi kelayakan investasi usahatani kedelai dalam jangka panjang, apakah memang dapat mendatangkan keuntungan bagi petani secara berkelanjutan ataukah justru mendatangkan kerugian. Sehingga informasi dari hasil penelitiandapat menjadi motivasi bagi petani selaku pelaku utama usahatani kedelai. Disamping dapat menjadi acuan kebijakan pemerintah dalam merumuskan harga pembelian pemerintah yang bisa menguntungkan petani kedelai.


  1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara spesifik dapat dirumuskan dalam suatu masalah sebagai berikut:
1. Berapa besarnya pendapatan yang diperoleh pada usaha budidaya kedelai di desa Tenggiring Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ?
2. Berapa besarnya produksi dan biaya pada usaha usaha budidaya kedelai di desa Tenggiring Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ?
3. Berapa tingkat efisisiensi usaha usaha budidaya kedelai di desa Tenggiring Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ?
4. Bagaimana tingkat sensitivitas usaha budidaya kedelai di desa Tenggiring Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ?

  1.3. Tujuan Penelitian
            Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis besarnya pendapatan yang diperoleh pada usaha budidaya kedelai di desa Tenggiring Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ?
2. Untuk menganalisis besarnya produksi dan biaya pada usaha budidaya kedelai di desa Tenggiring Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ?
3. Untuk menganalisis tingkat efisisiensi usaha budidaya kedelai di desa Tenggiring Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ?
4. Untuk Mengetahui tingkat sensitivitas usaha budidaya kedelai di desa Tenggiring Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan ?





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1. Tanaman Kedelai
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya.
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut:
·         Kingdom: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
·         Divisio  : Spermatophyta
·         Classis : Dicotyledoneae
·         Ordo  : Rosales
·         Familia : Papilionaceae
·         Genus  : Glycine
·         Species : Glycine max (L.) Merill
            Kedelai merupakan sumber protein nabati yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, sehingga dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran akan kebutuhan protein berdampak pada kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun . Rata-rata kebutuhan kedelai setiap tahunnya sebesar ± 2,2 juta ton biji kering, akan tetapi kemampuan produksi dalam negeri saat ini baru mampu memenuhi sebanyak 779.992 ton (ATAP Tahun 2013, BPS) atau 33,91 % dari kebutuhan sedangkan berdasarkan ARAM II tahun 2014 baru mencapai 921.336 ton atau 40,06 %.  
Untuk memenuhi kekurangan tersebut harus dipenuhi dari impor yang menyebabkan berbagai kerugian bagi Indonesia antara lain :  hilangnya devisa negara yang cukup besar, mengurangi kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia dan meningkatnya ketergantungan jangka panjang. Sehingga dengan adanya fenomena ini akan mempengaruhi sistem ketahanan pangan nasional.
Dalam upaya mencapai swasembada kedelai yang di targetkan pada tahun 2017, perlu disiapkan rencana strategis dalam mengembangkan budidaya kedelai sejak tahun 2015. Berbagai kendala yang dihadapi dilapangan adalah selain masih rendahnya produktivitas, kepemilikan lahan yang sempit dan semakin menurunnya luas panen adalah rendahnya harga jual ditingkat petani yang sangat signifikan menurunkan gairah minat petani membudidayakan kedelai.
Untuk meningkatkan gairah dan semangat petani mengembangkan kedelai, pada tahun 2015 pemerintah akan memberikan bantuan paket sarana produksi melalui BANSOS dengan program/kegiatan Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) dan Optimasi Perluasan Areal Tanam melalui Peningkatan Indek Pertanaman (PAT-PIP).
  2.1.2. Usaha Tani
Usaha tani adalah sebagian dari kegiatan di permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga atau manajer yang digaji bercocok tanam atau memelihara ternak. Petani yang berusaha tani sebagai suatu cara hidup, melakukan pertanian karena dia seorang petani. Apa yang dilakukan petani ini hanya sekedar memenuhi kebutuhan. Dalam arti petani meluangkan waktu, uang serta dalam mengkombinasikan masukan untuk menciptakan keluaran adalah usaha tani yang dipandang sebagai suatu jenis perusahaan. (Maxwell L. Brown, 1974 dalam Soekartawi, 2002).
Pembangunan pertanian memiliki arti penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus meningkatkan pendapatan petani baik melalui penerimaan sebagian nilai tambah dari proses lanjutan secara berkesinambungan, penciptaan kesempatan kerja yang memadai di pedesaan, maupun peningkatan ekspor non migas (Sutawi, 2002).
Tujuan utama dari pendekatan pembangunan pertanian secara nasional adalah mengelola usahatani dengan maksud untuk mempertinggi penghasilan keluarga petani guna meningkatkan taraf hidupnya baik yang bersifat materiil maupun sosial budaya (Tohir, 1991).
Pembangunan pertanian menuju usahatani yang tangguh dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan usahatani masa depan yang tegar dalam posisinya. Usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi dilapangan pertanian, dimana usahatani yang semata-mata menuju kepada keuntungan terus menerus, dan bersifat komersil (Bachtiar Kivia, 1980 dalam Hernanto, 1996).
Usahatani sebagai organisasi harus ada yang diorganisasi dan yang mengorganisasi, ada yang memimpin dan ada yang dipimpin, yang mengorganisasi usaha tani adalah faktor-faktor produksi yang dikuasai atau dapat dikuasai (Hernanto, 1996). Menurut Soekartawi et al. (1986) dalam proses produksi terdapat biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Biaya produksi itu dapat dikatagorikan sebagai berikut :
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Biaya tetap tidak habis digunakan dalam satu masa produksi. Contohnya : Sewa tanah dan pajak.
2. Biaya Tidak Tetap (Variabel Cost)
Biaya yang berubah apabila ada sesuatu usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi. Contohnya : Biaya Saprodi.
3. Biaya Total (Total Cost)
Keseluruhan biaya tetap produksi yang diperoleh dari penjumlahan total biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut :
TB = TBT + TBV
Keterangan :
TB = Total Biaya
TBT = Total Biaya Tetap
TBV = Total Biaya Variabel
Pengelolaan usaha tani yang efisien akan mendatangkan pendapatan yang positif atau suatu keuntungan, usaha tani yang tidak efisien akan mendatangkan suatu kerugian. Usaha tani yang efisien adalah usaha tani yang produktivitasnya tinggi. Ini bisa dicapai kalau manajemen pertaniannya baik. Dalam faktor-faktor produksi dibedakan menjadi dua kelompok :
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya (Soekarwati, 2000).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi:
1. Tenaga Kerja
Menurut Payaman Simanjuntak (1995) yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah “Penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih, yang sudah atau sedang mencari pekerjaan dan sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.’ Sedangkan menurut Mubyarto (1999) adalah : “Jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.”
2. Lahan Pertanian
Luas lahan dapat dibedakan dengan tanah pertanian. Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan usaha tani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan (Soekartawi, 1995).
3. Pupuk
Tujuan dari pemupukan lahan pada prinsipnya adalah sebagai persediaan unsur hara untuk produksi makanan alami, serta untuk perbaikan dan pemeliharaan keutuhan kondisi tanah dalam hal struktur, derajat keasaman, dan lain-lain (Sumeru Ranoemihardja dan Kustiyo, 1985). Soekartawi (1995), lapisan tanah atas pada dasar lahan biasanya mempunyai kandungan bahan organik yang rendah. Bila tanah tersebut mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi, bahan organik tersebut terutama berbentuk humus tanah dan tidak terlalu aktif. Pupuk alami mempunyai Nitrogen yang lebih rendah dengan terurai lebih lambat. Tetapi bahan organik tidak terurai seluruhnya dan akan terakumulasi di dasar kolam. Pupuk bagi lahan pertanian harus mengandung jenis nutrient yang tepat, yaitu nutrien yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman yang akan ditambahkan di dalam lahan pertanian. Pada umumnya adalah nutrien yang menjadi faktor pembatas seperti fosfor dan nitrogen (Sumeru Ranoemihardja dan Kustiyo, 1985).

Penerimaan petani pada dasamya dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Penerimaan kotor yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usahatani. Penghitungan penerimaan kotor ini diperoleh dari perkalian hasil produksi dengan harga jualnya. Dalam notasi dapat ditulis sebagai berikut :
TR= P.Q
dimana :
TR = Penerimaan kotor
P = Harga produksi
Q = Jumlah produksi
2. Penerimaan bersih yaitu penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usahatani setelah dikurangi biaya total yang dikeluarkan dalam bentuk notasi dapat dituliskan sebagai berikut :
π = TR-TC
Dimana:
π = Besamya tingkat pendapatan
TR = Penerimaan kotor
TC = Biaya total yang dikeluarkan
Perubahan sistem pengusahaan pertanian yang tradisional ke semi tradisional atau ke komersial membawa dampak terhadap keputusan petani yang didasarkan konsep utilitas (utility maximization) ke konsep atas dasar keuntungan (profit maximization) (Soekartawi, 1993). Petani sebagai penerima harga (price taker) dapat memaksimalkan keuntungan melalui pengendalian output produksi maupun input produksi (Gaspersz, 1996) , namun dalam keterbatasan sumberdaya setiap produsen atau petani berusaha menekan biaya serendah mungkin sehingga memberikan keuntungan I pendapatan maksimal. Tingkat output yang diperoleh dari kombinasi penggunaan input yang demikian disebut output optimal dan penggunaan input yang optimal pula. Suatu input digunakan secara optimal apabila penggunaan input tersebut sampai jumlah tertentu nilai output terakhir yang dihasilkan hanya cukup membayar harga input yang digunakan tasebut (Soekartawi, 1993).



















BAB III
METODE PENELITIAN

  3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
            Penelitian dilaksanakan di Desa tenggiring Kecamatan sambeng Kabupaten lamongan Provinsi jawa timur. Waktu pelaksanaan selama tiga musim tanam kedelai (1 tahun) 2014, dimulai pada bulan februari 2014 dan selanjutnya diproyeksi selama 1 tahun periode usaha.  

  3.2. Jenis dan Sumber Data  
Data-data merupakan data primer pengamatan lapangan selama dua musim tanam (1 tahun) 2014. Selanjutnya data-data tersebut dianalisis dan diproyeksi selama 1 (satu) tahun umur usaha. Data diambil pada usahatani kedelai dengan luasan areal 1 ha yang dikelola oleh 1 orang petani.  

  3.3. Metode Analisa Data
Penelitian yang dilakukan pada usaha tani  ini menganalisis pada usaha budidaya kedelai ini menganalisis biaya produksi dan pendapatan juga efisiensi usaha tani sehingga metode yang dipakai adalah metode kuantitatif, karena banyak dituntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.
Penelitian dilakukan secara survei berdasarkan pada metode deskripsi analisis, yaitu menggambarkan permasalahan sesuai apa adanya dan berdasarkan fakta yang baru saja berlangsung (ex post facto).
Dalam menganalisis data yaitu digunakan analisis sebagai berikut:

3.3.1. Net Present Value (NPV)
            Net Present Value merupakan penilaian kelayakan usaha melalui pendekatan nilai sekarang (pendekatan Present Value), menyatakan bahwa proyek investasi dianggap menguntungkan dan oleh karenanya dapat diterima dalam arti dilaksanakan apabila nilai investasi  tersebut lebih besar daripada besarnya modal yang ditanam.
            Kriteria kelayakan usaha budidaya berdasarkan Net Present Value (NPV) menggunakan ukuran sebagai berikut:
            a. NPV < 0 :    usaha belum layak untuk diusahakan
            b. NPV = 0 :    usaha baru mencapai titik impas
            c. NPV > 0 :    usaha cukup layak diusahakan
            Untuk mengetahui nilai NPV digunakan rumus sebagia berikut:

NPV   = 
        = Ʃ (Bt-Ct) DF
            = Ʃ (Net Benefit) DF
      
3.3.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
            Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah NPV proyek yang positif atau tahun-tahun saat Bnefit lebih besar daripada Cost dengan NPV proyek yang negatif atau tahun-tahun saat Cost lebih besar daripada Benefit.
Rumus nilai Net B/C :
Net B/C = 
Dimana : NPV (+) = jumlah NPV positif (Benefit > Cost)
                NPV (-) = jumlah NPV negatif (Benefit < Cost)
            Kriteria kelayakan usaha berdasarkan Net B/C menggunakan ukur sebagai berikut:
a. B/C < 1 :      usaha belum layak untuk diusahakan
            b. B/C = 1 :     usaha baru mencapai titik impas
            c. B/C > 1 :      usaha cukup layak diusahakan

3.3.3. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
            Menurut Choliq Deek (1993) Gross B/C adalah perbandingan antara jumlah Present Value Benefit (PV Benefit) dengan jumlah Present Value Cost ( PV Cost) dengan cara perhitugan sebagai berikut:
Gross B/C =          

Jika, Gross B/C > 1 maka proyek dinilai layak untuk dijalankan.
  Gross B/C < 1 maka proyek yang dinilai tidak layak untuk dijalankan.

3.3.4. Internal Rate of Return (IRR)
            Internal Rate of Return (IRR) meruoakan besarnya presentase keuntungan dari suatu proyek, yaitu presentase pendapatan yang diperoleh dari proyek setelah dikurangi pembayaran bungan atas modal yang digunakan (Sukimo, 1985). Suatu proyek akan menguntungkan apabila nlai IRR dari proyek tersebut adalah lebih besar dari pada tingkst bungs (i) yang berlaku.
            Kriteria kelayakan usaha berdasarkan nilai IRR menggunakan ukuran sebagai berikut:
a. IRR <  i :     usaha belum layak untuk diusahakan
            b. IRR = i :      usaha baru mencapai titik impas
            c. IRR >  i :     usaha cukup layak diusahakan
            Dimana i adalah tingkat bunga yang berlaku.
Untuk mengetahui nilai IRR dari usaha maka dilakukan uji fiabilitas pada berbagai tingkat bunga. Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai IRR adalah :

IRR = +

Dimana :  = tingkat bunga saat Ʃ NPV (+)
     = tingkat bunga saat Ʃ NPV (-)

3.3.5. Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis)
            Analisi kepekaan dilakukan untuk melihat kelayakan usaha akibat terjadinya perubahan-perubahan dalam proses produksi. Perubahan yang terjadi selama proses produksi seperti peningkatan biaya produksi akibat meningkatnya hargai berbagai faktor produksi (input), penuruna pendapatan akibat menurunnya harga produk (output), dan mundurnya jadwal produksi akibat hal-hal tertentu, seperti terjadinya kegagalan dalam turunnya produksi Belimbing Tasikmadu.
            Kriteria yang digunakan untuk analisa kepekaan ini yaitu :
a. Proyek dinyatakan tetap layak dilakukan apabila NPV (+) dan Net B/C >1 apabila terjadi perubahan dalam berbagai proses produksi.
b. Proyek dinyatakan tidak layak dilakukan apabila NPV (-) dan Net B/C <1 apabila terjadi perubahan dalam berbagai proses produksi.


BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1. Operasional Variable
            Biaya pada usaha budidaya kedelai terdiri atas biaya investasi, biaya tanaman belum menghasilkan (TBM), biaya Produksi dan Biaya Penyusutan.
4.1.1. Biaya Investasi
            Biaya investasi merupakan biaya yang ditanamkan sebelum dimulainya penyemaian bibit kedelai atau biaya pada panen nol. Biaya investasi yang di perlukan untuk usha budidaya kedelai ini berup lahan budidaya,alat atau perlengkapan,pembelian/penyewaan kendaraan dan pembuatan gudang penyimpanan.
            Biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha budidaya kedelai dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1.biaya investasi usaha budidaya kedelai.

No.
Jenis Biaya
Satauan
Jumlah
Biaya/Satuan (Rp)
Biaya
1.
Sewa Lahan Budidaya
Ha
1
3.500.000
3.500.000
2.
Alat/Perlengkapan
Bh


6.350.000
3.
Transportasi
Bh
1
2.500.000
2.500.000
4.
Gudang
Bh
1
7.000.000
7.000.000

Jumlah
19.350.000

Ket: Alat/perlengkapan = cangkul, alat bajak, sabit,sprayer, karung dll
         Gudang                 = gudang penyimpanan semua peralatan dan saprodi kedelai.

4.1.2. Biaya operasional.
            Biaya produksi atau operasional usaha budidaya kedelai dapat dilihat pada tabel 2 berikut:





Tabel 2. Biaya operasional usaha budidaya kedelai.
No.
Jenis biaya
Harga/satuan (Rp)
Jumlah (unit)
Biaya(Rp)
1.
Pupuk
105.000
5
525.000
2.
Bibit
45.000
23
1.035.000
3.
Tenaga kerja
45.000
7
315.000
4.
Karung
6000
250
1.500.000
5.
Pestisida
60.000
2
120.000
6.
Bahan bakar dan transportasi
500.000
1
500.000
Jumlah
3.755.000


  4.1.3. Produksi dan nilai penjualan usaha budidaya kedelai.
Kedelai merupakan tanaman yang setiap tahun selalu tersedia dan dapat dipanen setiap tiga bulan sekali. Harga jual kedelai ditingkat petani rata-rata adalah Rp 9.500/kg.
Produksi dan nilai penjualan usaha budidaya kedelai dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Produksi dan nilai penjualan usaha budidaya kedelai.
Musim
Pendapatan
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Jumlah
Pendapatan
0.
-
-
-
-
-
1.
Penjualan produksi kedelai
Kg
9.500
8.000
76.000.000
2.
Penjualan produksi kedelai
Kg
9.700
9.500
92.150.000
3.
Penjualan produksi kedelai
Kg
9.700
9.000
87.300.000



4.1.4. Biaya produksi usaha budidaya kedelai setiap musim panen.
Tabel 4. Biaya produksi usaha budidaya kedelai setiap musim panen.
No.
Uraian
Musim panen
0
1
2
3
1.
Biaya tetap





a. Sewa Lahan Budidaya
3.500.000
3.500.000
3.500.000
3.500.000
b.Alat/Perlengkapan
6.350.000
6.350.000
6.350.000
6.350.000
c.Transportasi
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
d. Gudang Peralatan
7.000.000
7.000.000
7.000.000
7.000.000

Total fixed cost (TFC)
19.350.000
19.350.000
19.350.000
19.350.000
2
Biaya variabel





a. Pupuk
525.000
875.000
1.225.000
1.345.000

b. Bibit
1.035.000
1.035.000
1.035.000
1.035.000

c. Tenaga kerja
315.000
360.000
390.000
400.000

d. Karung
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000

e. Pestisida
120.000
150.000
170.000
190.000

f. Bahan bakar dan transportasi
500.000
600.000
650.000
650.000

Total variable cost (TVC)
3.995.000
4.520.000
4.970.000
5.120.000

Total cost (TC)
23.105.000
23.870.000
24.320.000
24.470.000



4.2. Pendapatan usaha budidaya kedelai.
Tabel 5. Pendapatan Usaha budidaya kedelai Per Hektar/tahun
Musim
Cash In Flow (Rp)
Cash Out Flow (Rp)
Net Cash Flow (Rp)
0
0
23.105.000
-23.105.000
1
76.000.000
23.870.000
52.130.000
2
92.150.000
24.320.000
67.830.000
3
87.300.000
24.470.000
62.830.000
Total
255.450.000
95.765.000
159.685.000

4.3. Analisis kelayakan usaha budidaya kedelai.
Analisis finansial usaha budidaya kedelai pada tingkat bunga 20% dapat dilihat pada tabel
Tabel 6. Analisis Finansial Usaha Budidaya kedelai  selama 1 Tahun Produksi
Musim
DF
20%
Future Nominal Value
NPV
PV (Bt)
Bt.DF
PV(Ct)
Ct.DF
Benefit (Bt)
Cost (Ct)
Net Benefit
0
1,000
-
23.105.000
-23.105.000
-23.105.000
-
23.105.000
1
0,833
76.000.000
23.870.000
52.130.000
43.424.290
63.308.000
19.883.710
2
0,833
92.150.000
24.320.000
67.830.000
56.520.390
76.760.950
20.258.560
3
0,689
87.300.000
24.470.000
62.830.000
43.289.870
60149700
16.859.830
Total
120.129.550
200.218.650
80.107.100



1.    Net Present Value (NPV)
NP       =  
        = Ʃ (Bt-Ct) DF
            = Ʃ (Net Benefit) DF
            = Ʃ NPV
            = -23.105.000+...+43.289.870
                        = 120.129.550
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C           = 
                        = 
                = 6.19

3. Gross Benefit Cost Ratio
Gross B/C       = 
                =   
                        = 2.49

            Berdasarkan perhitungan NPV (120.129.550) > 0, Net B/C (6.19) >1 dan Gross B/C (2,49) >1 maka usaha budidaya kedelai layak untuk diusahakan.
4.4. Uji Fisiabilitas Usaha Budidaya Kedelai
            Uji fisiabilitas dilakukan untuk mengetahui nilai dari IRR (Internal Rate of Return) usaha budidaya kedelai. Nilai IRR yang lebih besar dari tingkat bunga yang sedang berlaku menunjukkan usaha itu layak dilakukan pada saat itu.
            Uji fisiabilitas usaha budidaya kedelai pada tingkat bunga 25% dan 35% dapat dilihat pada tabel 7 dan 8

Tabel 7. Uji Fisiabilitas Usaha Budidaya kedelai Untuk Tingkat Bunga 25% selama 1 Tahun Produksi
Musim
DF
25%
Future Nominal Value
NPV
PV (Bt)
Bt.DF
PV
(Ct)
Ct.DF
Benefit (Bt)
Cost (Ct)
Net Benefit
0
1,000
-
23.105.000
-23.105.000
-23.105.000
-
23.105.000
1
0,800
76.000.000
23.870.000
52.130.000
41.704.000
60.800.000
19.096.000
2
0,800
92.150.000
24.320.000
67.830.000
54.264.000
73.720.000
19.456.000
3
0,640
87.300.000
24.470.000
62.830.000
40.211.200
55.872.000
55.872.000
Total
113.074.200
190.392.000
117.529.000


1. Net Present Value (NPV)
NPV    =-23.105.000 +...+40.211.200
            = 113.074.200
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C           = 
                        = 5,89

3. Gross Benefit Cost Ratio
Gross B/C       =   
                        =  1,61









Tabel 8. Uji Fisiabilitas Usaha Budidaya kedelai Untuk Tingkat Bunga 35% selama 1 Tahun Produksi
Musim
DF
35%
Future Nominal Value
NPV
PV (Bt)
Bt.DF
PV
(Ct)
Ct.DF
Benefit (Bt)
Cost (Ct)
Net Benefit
0
1,000
-
23.105.000
-23.105.000
-23.105.000
-
23.105.000
1
0,741
76.000.000
23.870.000
52.130.000
38.628.330
56.316.000
17.687.670
2
0,741
92.150.000
24.320.000
67.830.000
50.262.030
68.283.150
18.021.120
3
0,549
87.300.000
24.470.000
62.830.000
34.493.670
47.927.700
13.434.030
Total
100.279.030
172.526.850
72.247.820

1. Net Present Value (NPV)
NPV    =-23.105.000 +...+34.493.670
            =100.279.030
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C       = 
                = 5,34

3. Gross Benefit Cost Ratio
Gross B/C     =   
                        =  2,38

            Perhitungan Internal Rate of Return (IRR) untuk usaha budidaya kedelai:
IRR     = +
        = 25% +     (35%-25%)
            = 25% + 1(10%)
            =25% + 10%  
            = 35%
Berdasarkan perhitungan pada tingkat 25% usaha budidaya kedelai masih layak untuk dilakukan karena  Net B/C (5,89) >1, NPV (113.074.200) > 0 dan Gross B/C (1,61) >1. Pada tingkat bunga 35% usaha budidaya kedelai juga masih layakuntuk dilakukan karena Net B/C (5,34) >1, NPV(100.279.030) > 0 dan Gross B/C (2,38) >1. Usaha budidaya kedelai yang dilakukan pada tingkat bunga 25% dan 35% layak untuk diusahakan karena tidak akan menyebabkan kerugian dan pada usaha yang dilakukan pendapatan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan dan keuntungan akan positif.
            Nilai IRR pada usaha budidaya kedelai adalah 35% dan lebih tinggi dari tingkat bunga 25% atau sama dengan tingkat bunga 35%  dan lebih tinggi daripada tingkat bunga yang ditetapkan yaitu 20%. Penentuan kelayakan suatu proyek berdasarkan nilai IRR tergantung kepada tingkat bunga yang sedang berlaku, dan untuk usaha budidaya kedelai apabila tingkat bunga yang ditetapkan lebih kecil dari 35% maka proyek layak untuk dilaksanakan.
            Nilai IRR 35% juga menunjukan tingkat keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya kedelai yaitu keuntungan 35% pertahun.

4.5. Analisis Sensitivitas Usaha Budidaya kedelai
Analisi sensitivitas usaha budidaya kedelai berdasarkan kepada asumsi sebagai berikut:
1. Peningkatan biaya produksi sebesar 10%, sedangkan pendapatan tetap
2. penurunan pendapatan sebesar 10% sedangkan biaya produksi tetap
4.5.1. Peningkatan biaya produksi sebesar 10%, sedangkan pendapatan tetap
            Akibat meningkatnya harga input (fakta produksi) menyebabkan biaya produksi meningkat sebesar 10%


Tabel 9. Peningkatan Biaya Produksi Sebesar 10%, Sedangkan Pendapatan Tetap
Musim
DF
20%
Future Nominal Value
NPV
PV (Bt)
Bt.DF
PV(Ct)
Ct.DF
Benefit (Bt)
Cost (Ct)
Net Benefit
0
1,000
-
25.415.500
-25.415.500
-25.415.500
-
25.415.500
1
0,833
76.000.000
26.257.000
49.743.000
41.435.919
63.308.000
21.872.081
2
0,833
92.150.000
26.752.000
65.398.000
54.476.534
76.760.950
22.284.416
3
0,689
87.300.000
26.917.000
60.383.000
41.603.887
60.149.700
18.545.813
Total
112.100.840
200.218.650
88.117.810

1. Net Present Value (NPV)
NPV    = -25.415.500+...+41.603.887
            =112.100.840
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C       = 
                = 5,41

3. Gross Benefit Cost Ratio
Gross B/C     =   
                        =  2,27
            Akibat kenaikan biaya produksi sebesar 10%, sedangkan hasil penjualan tetap maka usaha budidaya kedelai layak untuk dilakukan karena mempunya NPV positif (112.100.840) > 0, Net B/C (5,41) >1, dan Gross B/C (2,27) >1. Kenaikan biaya input mempengaruhi tingkat keuntungan  usaha budidaya dan apabila kenaikan biaya produksi itu mampu menambah pendapatan maka sebaiknya usaha tersebut dilakukan atau dilanjutkan.



4.5.2. Penurunan pendapatan sebesar 10% sedangkan biaya produksi tetap
Pendapatan dari usaha budidaya kedelai dapat turun akibat menurunnya harga output, baik disebabkan terlalu banyak jumlah produksi di pasar maupun akibat menurunnya permintaan kosumen. Penurunan harga output sebesar 10% secara keseluruhan akan menyebabkan pendapatan yang diterima turun 10%
Tabel 10. Penurunan Pendapatan Sebesar 10%, Sedangkan Biaya Produksi Tetap
Musim
DF
20%
Future Nominal Value
NPV
PV (Bt)
Bt.DF
PV(Ct)
Ct.DF
Benefit (Bt)
Cost (Ct)
Net Benefit
0
1,000
-
23.105.000
-23.105.000
-23.105.000
-
23.105.000
1
0,833
68.400.000
23.870.000
44.530.000
37.093.490
56.977.200
19.883.710
2
0,833
82.935.000
24.320.000
58.615.000
48.826.295
69.084.855
20.258.560
3
0,689
78.570.000
24.470.000
54.100.000
37.274.900
54.134.730
16.859.830
Total
100.089.685
180.196.785
80.107.100

1. Net Present Value (NPV)
NPV    = -23.105.000+...+37.274.900
            = 100.089.685
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C       = 
                = 5,33

3. Gross Benefit Cost Ratio
Gross B/C     =   
                        =  2,24



BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
            Berdasarkan data dan perhitungan nilai NPV dan Net B/C untuk setiap tingkatan bunga maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pada tingkat bunga 20%, 25%, dan 35% usaha budidaya kedelai sangat layak dilakukan karena angka NPV > 0 (positif), Net B/C >1 dan Gross B/C >1.
2.      Angka IRR usaha budidaya kedelai sebesar 35% yang menunjukkan tingkat keuntungan usaha.
3.      Usaha budidaya kedelai tidak peka terhadap terjadinya perubahan selama proses produksi.
4.      Perubahan berupa meningkatnya biaya produksi dan menurunnya pendapatan masing-masing sebesar 10% tidak akan menyebabkan usaha tidak layak untuk dilakukan.

5.2. Saran
1.    Perlu adanya pembukuan atau catatan keuangan (cashflow) sederhana oleh para pembudidaya demi eksistensi usahanya ke depan.
 2.    Perlu perhatian yang serius dari pemerintah setempat maupun instansi terkait terhadap usaha yang dijalankan, dalam hal pemberian bantuan modal serta bentuk-bentuk bantuan lainnya dalam rangka membantu mengembangkan usaha ini ke depan.


DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. 2010. Petunjuk Teknik
            Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai. Balitbangtan, BPTP NTB, Mataram. 
Said.E,G., Rachmayanti dan Muttaqin, M.Z. 2001. Manajemen Teknologi Agribisnis. Penerbit Ghalia Indonesia Yakarta.
Saragih B. 2001. Suara Dari Bogor Membangun Sistim Agribisnis. Penerbit Yayasan USESE bekerjasam dengan Sucofindo
Choliq, H.R.A.R. Wirasasmita, S. Hasan, 1999. Evaluasi Proyek (Suatu Pengantar).
          Pionir Jaya, Bandung.
Fajarwati, D. 2007. Analisis Cashflow (arus kas) sebagai Sumber Informasi bagi
            Serikat Pekerja di Wilayah Kabupaten/ Kota Bekasi. Jurnal Optimal, 1 (2) : 23 – 30.
Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi ProyekProyek Pertanian.Terjemahan Edisi Kedua.
            UI-Press dan John Hopkins, Jakarta.
Pusat Perpustakaan Badan Litbang Pertanian. 2008. Deskripsi Varietas Unggul Kedelai 1998 – 2008. http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 21 November 2012.
Susantun I. 2000. Fungsi Keuntungan Cobb Douglas dalam Perdagangan Efisiensi Ekonomi
             Relatif. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Soekartawi, A.Soeharjo, J.L.Dillon dan J.B.Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian
             untuk Pengembangan Petani Kecil. UI-Press, Jakarta.
Tahir, A. G., Darwanto, D. H., & Mulyo, J. H. 2010. Analisis Efisiensi Produksi Sistem
            Usahatani Kedelai Di Sulawesi Selatan. Jurnal Agro Ekonomi,  28 (2) : 133 – 151. 

1 komentar:

  1. How to play baccarat in Baccarat | FEBCASINO
    The game febcasino involves hands on a single bet, and a set of odds for 제왕카지노 each hand in the game. When the dealer makes 온카지노 a single bet, the odds go up and up, and one team

    BalasHapus